Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Kontradiksi

Pemanah Rajawali

Kakak Semprot
Daftar
30 Jan 2012
Post
164
Like diterima
1.422
Lokasi
Jianghui / Kangouw
Bimabet
KONTRADIKSI

BAB SATU

Ibuku adalah kontradiksi berjalan. Aku baru mengetahuinya setelah aku menginjak puber. Tentu saja untuk dapat mencapai pemahaman mengenai sifat ibuku yang sejati itu, perlu proses yang panjang yang perlu kulewati dalam kehidupan kami sekeluarga. Namun, dengan waktu yang lama dan pemikiran yang dalam, aku dapat mengerti karakter ibuku yang sebenar-benarnya. Pribadi ibu penuh dengan kontradiksi. Namun, pribadi semacam inilah yang sangat menarik, bagiku. karena pribadi ibu yang seperti inilah, aku dapat mencapai kebahagiaan yang sangat amat jarang orang lain dapat temukan di dalam kehidupan yang fana ini. Dari pribadi ibu yang kontradiksi ini, kisah perjalanan hidupku menjadi sangat menarik, mendebarkan dan memuaskan. Kisah yang kutulis ini kuberikan kepada saudara Guo Jing untuk disebarkan di internet tentunya melalui forum yang kita cintai ini.

Aku adalah anak kedua dari dua bersaudara, aku dan kakak perempuanku. Namaku Hadiguna, panggil saja Hadi. Kakakku bernama Dian, ibuku bernama Widyawati atau dipanggil ibu Wiwi. Ayahku adalah TKI di Hongkong bernama Anwar. Kakakku usianya lebih tua tiga tahun daripadaku. Saat aku SMP kelas satu, aku berusia 13 tahun, kakakku 16 tahun dan ibuku 34 tahun.

Ketika aku masih kecil, ibuku sangat menyayangiku. Ibu selalu membelaku bila aku bertengkar dengan Kakakku, bahkan kadang walaupun aku salah, ibu tetap membelaku dan memarahi kakakku itu. Bila aku nakal, ibu akan memarahiku, namun ia tidak pernah memukulku bahkan ibu tidak pernah menghukumku. Ini mungkin yang menyebabkan aku menjadi anak lelaki yang manja. Ayahku pun bila memarahi aku akan menyebabkan ibuku naik pitam sehingga mereka berdua menjadi bertengkar. Maka dari itulah ayah tidak pernah memarahiku lagi hingga aku besar.

Ketika aku masih di Sekolah Dasar, aku bandel sekali sehingga ibuku seringkali dipanggil ke sekolah untuk berbicara dengan guru ataupun kepala sekolah. Ibu akan memarahiku di depan guru-guru dan kepala sekolah dan selalu berkata ia akan menghukumku lebih berat ketika nanti kami sudah di rumah. Namun, ketika kami sampai di rumah, Ibu seakan lupa apa yang ia janjikan di depan guru-guru sebelumnya dan tidak menghukumku sama sekali. Bahkan, tidak tampak ada emosi di wajah ibu sama sekali. Ibu hanya sekali memohon kepadaku untuk mengurangi kenakalanku agar tidak membuat ibu malu ketika aku kelas 3 SD.

Lucunya, aku malah mengikuti nasehat ibu dan berusaha agar kenakalanku sebisa mungkin tidak terdeteksi oleh guru. Aku tidak mau membuat ibu malu, toh ibuku selalu membelaku tak peduli aku benar atau salah. sehingga, frekuensi ibu mengunjungi sekolah menjadi berkurang drastis setelah itu. Lanjut ke Kelas 4 aku masih anak sekolah bandel dengan kenakalan anak-anak yang lumrah dan biasa saja. kenakalanku tidak merusak, tidak merugikan orang lain (selain diri sendiri) dan tidak melangar norma kesusilaan.

Barulah ketika kelas 5, teman-teman laki-lakiku mengenalkan aku kepada dunia perlendiran. Waktu itu DVD yang sedang ngetrend, dan hampir semua orang punya DVD di rumah. teman-temanku ini mengenalkan aku kepada DVD bokep dengan variasi yang beragam. Ada temanku yang menyukai film jepang, ada yang suka film barat, ada yang suka genre pemerkosaan, ada yang suka genre gangbang dan lain sebagainya. Aku sendiri sangat suka genre MILF. wanita-wanita dewasa di atas 30 an bagiku sangat seksi dan matang sekali. dan karena sering mencari di Glodok namun seringkali tertipu juga (cover dan isi berbeda), maka aku membujuk ayahku untuk memasang internet menggunakan fiber optic di rumah. dan semenjak saat itu, aku dapat secara bebas browsing mencari film porno yang kusuka.

Waktu kelas 6 aku menemukan inses. Aku ingat saat itu aku mendapatkan klip film (bukan film yang lengkap) mengenai MILF yang dibintangi Jodi West, aktris yang stw namun seksi sekali. berhubung filmnya hanya klip, maka film itu tidak dari awal, melainkan langsung ketika para aktornya berhubungan seks. Aku langsung horny melihatnya, namun aku kaget ketika lelaki muda yang menjadi lawan Jodi West mengucapkan kata-kata "Oh yeah, Mom....." dst. ternyata film itu menceritakan hubungan terlarang antara anak dan ibu kandungnya!

Aku terkejut, dan seharusnya aku merasa mual. tetapi melihat Jodi West yang seksi dan cantik itu sedang digarap anak muda sambil keduanya mengucapkan kata-kata vulgar dicampur dengan panggilan "son" dan "mom" berkali-kali, malah membuat kontolku lebih cepat mengeluarkan sperma! Aku merasa tidak percaya bahwa hubungan terlarang yang digambarkan di film itu tidak membuat aku jijik sama sekali, bahkan membuat aku orgasme! Apa ada yang salah dengan otakku?

Selama beberapa hari aku menengangkan diri dan berusaha mencari jawaban dari apa yang sedang aku alami. Namun, setiap kali aku teringat ucapan anak muda itu... "mom" sambil mengocok-ngocok kemaluannya di dalam kemaluan perempuan yang dipanggilnya "mom" itu. dan aku selalu menjadi bernafsu membayangkan film vulgar itu lagi. Tidak dapat kupungkiri, inilah genre film yang paling aku gemari. Aku harus mengakui hal ini.

Ketika di rumah, aku jadi memperhatikan ibu. apakah ini menunjukkan bahwa secara tidak sadar, aku mengingini ibuku sendiri? Ibuku cukup tinggi badannya, yaitu 172 cm. Dengan kulit coklat terang mengarah ke kuning langsat. pinggul ibu besar dengan perut sedikit cembung yang kelihatan bila memakai baju ketat, di hiasi dua payudara yang cukup besar berukuran 38 B. tubuh ibuku tidak kurus, tetapi terlihat sekal di bagian tangan, paha apalagi pantatnya. wajahnya tidaklah secantik artis terkenal, tetapi bagiku wajah ibu yang paling menarik di seluruh sedunia, karena ibu selalu menyayangiku dan selalu ada bagiku. Aku menyukai setiap jengkal wajahnya, dengan hidung yang agak pesek dan mata yang lebar, bibir yang tipis di atas dagu yang kokoh, berhiaskan dua buah lesung pipit bila tersenyum, adalah wajah yang selalu membuatku merasa nyaman dan damai. Kulitnya yang kecoklatan bak sawo matang menambah manis keseluruhan ibu.

Barulah mataku terbuka akan keindahan ibu kandungku sendiri itu. Saat itu ingin sekali aku melihat tubuh ibu tanpa busana. aku menjadi horni mendadak, sehingga buru-buru aku ke toilet untuk melepaskan birahiku di sana.
 
BAB DUA

Ketika aku kelas 1 SMP, aku berniat mengintip ibu ketika mandi, namun kami memiliki dua kamar mandi. satu di kamar orangtuaku, satu di lantai bawah yang dipakai aku dan kakakku. Sayang sekali setiap kali ibu mandi, ia selalu mengunci kamar mandinya, sehingga aku rencana itu gagal. Tetapi, aku tidak menyerah begitu saja. Bila satu pintu tertutup, carilah pintu lain. Setelah aku memutar otak, maka aku mendapatkan akal bulus lain yang membutuhkan keberanian besar. Butuh waktu yang lama (sekitar sebulan) untuk memunculkan keberanianku dan akhirnya aku pun memutuskan untuk mencobanya sekali. Fakta bahwa ibuku sangat menyayangiku bahkan lebih kalau dibandingkan kepada kakakku, yang membuat aku memutuskan untuk melaksanakan recanaku itu. Apalagi, sehari-hari kakakku selalu mengurung diri di kamar, entah belajar atau menelpon temannya, atau entah apa yang ia lakukan di sana, juga menambahkan keberanianku ini. Kakakku tidak akan mengetahui apa yang aku lakukan.

Setahun lebih berlalu semenjak aku mengetahui mengenai inses. Setahun lebih aku bergulat untuk memutuskan apakah yang aku lakukan ini benar atau salah. Setahun lebih pula akhirnya aku memutuskan untuk membuat rencana yang kuharap nantinya mampu membuat segala impianku tercapai. Dan rencana terakhir ini yang kuanggap yang paling sempurna melihat kondisi rumah saat itu.

Sore hari ketika pembantu sudah pulang, aku menunggu waktu ibu mandi. Aku masuk ke kamar ibu membawa buku komik dan membaca di kamar. Aku menunggu sekitar sepuluh menit. Namun, sepuluh menit itu bagaikan sejam lamanya. Darahku bergolak deras, jantungku berdebar-debar tidak karuan, dan pikiranku ngalor ngidul mencoba menenangkan asaku yang seakan mau padam disiram rasa takut bila ibu memarahiku. Namun, libidoku yang menjadi raja, dan segala resiko yang akan aku alami tidaklah mampu mengalahkan dahagaku terhadap ibu.

Ketika pintu kamar mandi terbuka dan ibu keluar hanya dengan handuk yang menutup dada sampai ke atas pahanya, jantungku seakan mau meledak, namun birahiku bergerak naik ke atas sehingga tak lama kelelakianku mengeras dengan maksimal. Ibu agak terkejut melihat aku duduk di tempat tidurnya bersandarkan kepala spring bed dan membaca buku komik.

Ibu: "Ngapain kamu, Di?"
Aku: "Panas di kamar, enakan di sini ada ACnya."

Ibu lalu dandan di depan meja riasnya. tampaknya tak menghiraukan aku. Namun aku sekali-sekali melirik ibu. Sayang sekali di balik handuk ibu, ibu tidak telanjang. karena dapat kulihat tali BH putihnya. Tak lama setelah itu ibu beranjak ke depan lemari pakaiannya yang berada tepat di depan tempat tidur, sehingga ia memunggungiku. ia mengambil celana dalam, hatiku bergetar mengharapkan ibu membuka handuknya. alangkah kecewanya aku ketika ibu memakai celana dalamnya dengan handuk masih terpasang. Namun, ketika ia akhirnya membuka handuknya, aku dapat melihat punggung telanjang ibu yang berhiaskan Bra putih, dan pantatnya yang bahenol tertutup oleh celana dalam putih. Ibu tidak memiliki siluet tubuh model yang ramping, melainkan tubuh seorang perempuan yang sudah memiliki anak, namun tetap berusaha menjaga kondisi tubuhnya itu. hanya sedikit lemak di pinggangnya, dengan betis agak semok, paha yang agak besar, pinggul besar, dan punggung yang berlekuk. Tidak bisa dikatakan gendut, tetapi lebih tepat bila disebut sekal.

Sayang sekali pertunjukkannya cepat berakhir ketika daster ibu telah terpasang. Ibu menangkap basah aku sedang memperhatikannya memakai dasternya.

Ibu: "Hadi! Ibu gak suka kamu ngelihatin ibu waktu pakai baju. Risih."

Dengan wajah sebal ibu keluar dari kamar. Aku tadi sempat kaget dan takut. tetapi setelah semuanya berlalu, aku sedikit lega karena ibu tidak berlama-lama memarahi aku. Ketika aku keluar kamar ibu dan ke dapur di mana ibu sedang memasak untuk makan malam, ibu memperlakukanku seperti biasa. Bila ia marah padaku biasanya ibu tidak akan mengajakku bicara dan wajahnya akan merengut seharian. tetapi saat itu, ibu tidak memperlihatkan kemarahannya. Aku menjadi agak lega.

Keesokan harinya aku menunggu lagi ibu di kamarnya ketika ia sedang mandi. Di pikiranku, ada dua kemungkinan. Ibu akan mengusirku atau tidak. ada kemungkinan 50 50. aku memutuskan untuk mencoba keberuntunganku.

Ketika ibu keluar ibu menatapku dengan mengerutkan dahinya.

Ibu: "Kamu di sini lagi?"
Aku: "Masih panas di kamar. beliin AC dong buat Hadi."

Ibu hanya menghela nafas lalu duduk di meja rias. Setelah berdandan sebentar (karena ibu hanya di rumah saja, maka make-up nya hanya tipis) maka ibu kembali ke depan lemari dan mengganti celana dalam dengan menggunakan handuk seperti kemarin. Yang berbeda adalah ibu setelah itu membalikkan badannya, menangkap basahku lagi yang sedang menatap tubuhnya dari belakang.

Ibu: "Ibu ga suka dilihatin kalau lagi ganti baju."

Dengan wajah malu aku membaca komik lagi. di ekor mata kulihat ibu membuka handuk, ketika ku lirik, ibu ternyata masih menatapku namun kini aku dapat melihat tubuh ibu dari depan dengan hanya bertutupkan BH dan celana dalam saja! Buah dada ibu begitu bulat dan besar sehingga tampak BH yang biasa saja itu tak mampu menutup seluruh bagiannya. Belahan dadanya hanya tampak segaris saja diantara dua gundukan bulat.

Ibu: "Tuh kan! Ngapain sih ngelihatin ibu ganti baju?"

Entah kenapa aku terpaku. melihat tubuh ibu setengah telanjang, dengan payudara yang begitu indah, perut yang sedikit sekali membuncit, pinggulnya yang lebar membuat keseluruhan paket terasa komplit. sedikit lemak di tubuh ibu di bagian sana sini bila dipadu dan dipandang keseluruhan menjadi begitu indah, bagaikan simfoni musik yang utuh dan megah.

Ibu: "Hadi!"

Suara ibu meninggi. aku baru tersadar dan membaca komik lagi. setelah beberapa saat berlalu, aku lihat ibu mengambil daster dengan ekor mataku. Aku lirik lagi ibu ternyata ia masih menghadapku, hanya saja kepalanya tertutup daster yang sedang ia kenakan. Namun karena gerakan ibu cepat, ibu mendapatiku menatapnya lagi.

Ibu: "Kamu dibilangin bandel, ya?!"

Aku terkejut dan melirik komik lagi. Kemudian ibu keluar kamar. Setelah menenangkan diri selama beberapa menit, aku keluar kamar ibu lagi. Ketika aku mendapatkan ibu, ia sedang bersama Kak Dian. Aku takut ibu akan dingin kepadaku dan tak mau berbicara, tetapi sore itu ibu berkomunikasi denganku seperti biasa. Barulah aku tahu bahwa ibu penuh kontradiksi. Kejadian tadi di kamar ibu, bila orang lain yang mengalami, mungkin akan berbeda hasil akhirnya. tetapi, ibuku hanya memarahiku di kamar ibu saja, setelah itu bagaikan tidak terjadi apa-apa. Apakah ini artinya? Apakah berarti ibu sebenarnya tidak marah? Aku harus tahu apa yang dipikirkan ibu. Aku akan melihat lagi reaksi ibu besok.
 
BAB TIGA

Perasaanku sore itu berbeda dari dua hari kemarin. Betul, saat ini aku juga deg-degan, tetapi, ada perasaan lain berkecamuk di hatiku. Ada perasaan harap-harap cemas yang kurasakan. Bila kali ketiga dan ternyata nanti hasilnya sama, maka ini berarti bahwa ibu sebenarnya tidak marah ketika aku melihat tubuhnya setengah telanjang. Mungkin, ibu pura-pura marah, karena seharusnya memang ibu marah. Ibu mana yang membiarkan anaknya memperhatikan tubuh ibu kandungnya tanpa ada perasaan marah? Secara moral, ibu harus marah. Namun, mungkin saja, secara pribadi ibu tidak mempunyai masalah bila anak lelakinya menatap tubuhnya.

Ketika ibu keluar kamar, ibu merengut menatapku.

Ibu: "Mau ngelihatin ibu ganti baju lagi?"

Aku hanya menggeleng sambil belagak baca komik. Bila ibu suka berkontradiksi, aku juga akan berkontradiksi.

Aku: "Hadi mau baca komik sambil ngadem."

Setelah dandan singkat, ibu memakai celana dalamnya, lalu membuka handuk seperti biasa. kali ini ia membelakangiku. ketika ia menengok ke arahku, aku melirik komik. kemudian aku melirik lagi tubuhnya yang setengah telanjang, ia tampak mencari-cari baju. terkadang ia menengok aku, dan aku pura-pura lagi baca komik. begitu terus. sekitar dua menit aku dan ibu bergerilya dengan mata kami, dan selama itu aku menatapi tubuhnya dari belakang. setelah ia selesai memakai daster ibu menatapku sambil tersenyum.

Ibu: "Gitu dong. jangan ngelihatin ibu ganti baju."

Aku hanya tersenyum. Tapi dalam hati bingung. Apakah mungkin ibu tidak tahu bahwa aku sebenarnya hanya pura-pura baca komik saja? Apakah ini termasuk dalam karakter ibu yang penuh kontradiksi? Apakah berarti aku harus pura-pura terus?

Selama sebulan itu, tiap sore aku akan melihat ibu ganti baju. semakin lama ibu semakin jarang menengok ke arahku. terkadang aku begitu asyiknya menatap tubuhnya sampai ibu sering juga menangkapku melihati tubuhnya, namun begitu aku sadar dan aku melirik komik, maka ibu akan melanjutkan apa yang ia lakukan saat itu.

Bulan kedua ketika ibu berdandan, aku yang punya rencana baru memberanikan diri berkata padanya.

Aku: "Ibu, biasanya kalau ga ada Hadi, ibu dandan pakai handuk? kan basah tuh."

Ibu: "Biasanya sih dibuka. tapi kan ada kamu. Masak dibuka."

Aku: "Emangnya kalau ada Hadi kenapa Bu?"

Ibu: "Kan malu ibu ga pakai baju."

Aku: "Kan Hadi ga ngelihatin ibu. kenapa harus malu?"

Ibu menatapku, aku pura-pura baca komik lagi. tak lama kulihat ia mengambil celana dalamnya di lemari, lalu membuka handuknya. Yes! rencanaku berhasil. Kini aku menikmati tubuh ibu dari samping, karena meja rias ada di samping tempat tidur. dapat kulihat bagian samping payudara kanan ibu yang bulat.

Ibu: "Hadi..."

Aku melihat wajah ibu yang ternyata sedang melihatku dari cermin. sial, pikirku, apakah ibu kini akan marah?

Ibu: "Kamu ga akan ngelihatin ibu yang cuma pakai BH dan celana dalam ini kan?"

Aku: "Enggaklah bu, masak Hadi kurang ajar sih."

Sejenak aku lirik komik lagi. lalu aku kembali melirik ibu yang masih berdandan. kulihat kini ibu berdandan agak lama. biasanya ia memakai bedak dengan cepat, namun kini ibu gerakannya perlahan. wah, ibu sungguh baik dan membiarkan aku menatapnya lebih lama. ibu terkadang melirikku, namun kini aku tidak mau lagi melirik komik tiap kali ibu menoleh. aku kini terus menatapnya tanpa henti.

Ketika ibu bangkit dari tempat duduk riasnya, ia membalikkan badan menghadapku.

Ibu: "Kamu ga ngelihatin ibu lagi, kan?"

Aku: "Enggak dong bu. Hadi lagi asyik baca komik nih."

Namun mataku tetap menatapi payudaranya yang kini terlihat dari depan. aku hanya menaruh komik di depan hidungku, namun aku tetap jelalatan menikmati tiap inchi tubuh ibuku yang seksi itu.

Ibu: "Gitu dong."

Ibu lalu memakai dasternya yang kini dilakukan dengan perlahan. kemudian ibu berlalu dari kamar. Ibuku meninggalkanku yang sedang berbahagia. Kini aku dapat melihat tubuh setengah telanjang ibu tanpa ada protes dari ibu.
 
BAB EMPAT

Keesokan harinya hari Sabtu, berhubung sekolahku swasta maka aku libur Sabtu Minggu. Pagi-pagi aku ke pasar dan membeli bangku pendek. ini bagian dari rencanaku yang terbaru. Setelah semalaman puas masturbasi dengan membayangkan tubuh ibu sambil memikirkan bagaimana caranya aku dapat lebih dari sekedar menonton ibu dari tempat tidur, aku mendapatkan akal bulus yang baik lagi.

Tempat duduk itu tingginya hampir sama dengan tempat duduk rias ibu, dan kutaruh di samping tempat duduk rias ibu dan lemari pakaiannya. Aku duduk di situ sambil menunggu ibu. Ketika ibu keluar, ia agak terkejut melihatku duduk di samping meja riasnya.

Ibu: "Loh bawa tempat duduk?"

Aku: "Biar lebih deket ke AC, bu."

Ibu melepas handuk dan rupanya celana dalam sudah ia pakai dari kamar mandi, dan kini aku hanya berada beberapa senti di samping ibu yang setengah telanjang. bau wangi sabun ibu tercium membuat aku setengah mabuk. sementara payudaranya yang didepanku begitu jelas terlihat, kulitnya yang coklat dan sedikit urat-urat di bawah kulit payudaranya secara detil dapat kulihat. jantungku berdegup bagaikan lari berkilometer jauhnya, menyebabkan darahku dapat kurasakan berdesir sampai ke ubun-ubun. Ibu membuka ikatan rambutnya sehingga dapat kulihat ketiaknya. ketika aku kemarin di tempat tidur, aku hanya bisa lihat dari jauh, jadi posisi ini tidak begitu berarti bagiku sebelumnya. Tetapi, kini dapat kulihat ketiak ibu yang telanjang dihiasi rambut yang tipis dan keriting. Aku menghela nafas karena kaget.

Ibu: "Kenapa Di?"

sambil menahan posisi kedua tangannya yang terangkat itu. Aku menatap ketiaknya dengan lekat-lekat dan beberapa kali meneguk ludah.

Aku: "Ce.... ce.... ceritanya..... ba..... bagus...."

Ibu: "Sampai kaget kayak serangan jantung aja."

Dan ibu lalu merapikan rambutnya yang sebahu itu agak lama, ia menatapku yang sedang asyik menatap ketiak telanjangnya.

Ibu: "Bagus ceritanya?"

Aku: "Sejauh ini bagus banget. Paling bagus malah dibanding sebelumnya."

Setelah beberapa saat, dengan kecewa aku lihat ibu melanjutkan dandannya. tak lama kemudian ia memakai daster dan keluar kamar. tak tahan, aku masuk kamar mandi ibu untuk masturbasi.

Saat itu kulihat ember dan ada celana dalam ibu yang dipakai dari pagi. aku segera mengambil celana dalam itu dan menghirup aromanya dalam-dalam. Bau memek ibu begitu kuat, agak menyengat campuran bau pesing air kencing dan juga bau cairan tubuh ibu yang keluar. di tengah celana dalamnya di bagian selangkangan kulihat ada noda gelap, yang secara cepat aku endus-endus bagaikan anjing yang mencari makanan. bau kemaluan ibu begitu hebatnya sehingga dalam waktu cepat aku ngecrot. Aku sangat menyukai bau memeknya sehingga kuputuskan untuk mengantungi celana dalam ibu.

Sore itu aku tidak turun ke dapur, tetapi aku di kamar sambil mengendusi celana dalam ibu sambil masturbasi lagi, entah berapa kali aku masturbasi dengan celana dalam ibu. Kemudian aku mengerjakan PR sambil mengendusi celana dalam ibu. saking asyiknya aku tak tahu bahwa ibu membuka pintu.

Ibu: "Hadi! Kamu ngapain?!"

Begitu kagetnya aku tertangkap basah. Namun, untungnya tadi aku sudah menyiapkan rencana kalau ketahuan ibu, aku harus melakukan apa.

Aku: "Hadi pilek, Bu. ini bikin PR sambil ngelap hidung di sapu tangan."

Aku meneruskan bikin PR sambil membenamkan hidungku di selangkangan celana dalam ibu, dan mengendus bagaikan sedang pilek.

Agak lama ibu terdiam lalu ia menghela nafas.

Ibu: "Sapu tanganmu udah kotor tuh, nanti taruh di cucian aja."

Aku: "Besok sore aja gantinya."

Aku tahu bahwa ibu mengerti maksudku. Ibu kemudian meninggalkan kamarku setelah memberitahukan bahwa makan malam sudah siap.

Waktu makan malam ibu tampak agak terdiam, namun ia memperlakukanku dan kakakku seperti biasa saja.

BAB EMPAT

Ketika ibu keluar dari kamar mandi aku yang sudah menunggu bergegas masuk ke kamar mandi.

Ibu: "Ngapain?"

Aku: "Ambil sapu tangan baru."

Kuambil celana dalam ibu lalu aku duduk disamping ibu yang sudah setengah telanjang. aku mengendus celana dalam yang baru dipakai itu sambil menatap ibu.

Ibu: "Kalau mau lap hidung di kamar kamu saja. jangan di sini. risih ibu. jorok."

Ibu sedang mengambil ikat rambutnya sehingga ketiaknya terlihat lagi. sementara kulihat di mata ibu ada permohonan untuk tidak mengendusi celana dalamnya didepan ibu. Aku mengangguk lalu mengantongi celana dalam ibu.

Namun, aku yang sudah mulai berani, dan sudah mempunyai rencana lain, mendekatkan hidungku ke ketiak ibu.

Ibu: "Mau ngapain kamu?!"

Aku: "lap hidung, kan tadi ga boleh pakai sapu tangan."

Aku tak tahu reaksi ibu karena dia diam saja ketika hidungku mengendus ketiaknya. kurasakan bulu-bulu halus ketek ibu membelai hidungku. kurasakan aroma sabun ibu yang halus namun wangi memenuhi kepalaku. hidungku ku geseki sambil menghirupi ketiak ibu dalam-dalam.

Entah berapa lama, mungkin lama mungkin tidak, aku tidak tahu lagi waktu, tubuh ibu doyong kebelakang, lalu ibu mendorong kepalaku.

Ibu: "pegal badan ibu."

Aku berdiri lalu menaruh bangku tepat di belakang ibu. ibu hanya terdiam, tangannya masih memegang rambut. Aku lalu menopang punggung ibu dengan badanku, memeluk perutnya yang telanjang lalu menghirup tangan kirinya yang terbuka itu. tangan kanan ibu kini turun menopang tubuhnya dengan bertumpu di paha kananku. berhubung aku lebih pendek dari ibu, maka badannya agak condong ke belakang kiri dengan tubuh agak memutar ke kiri.

lengan atas kedua tanganku merasakan bagian bawah dua buah payudara ibu, begitu lembut dan kenyal. aku memperketat pelukanku, dan tangan kanan ibu sedikit meremas pahaku. sekitar tiga menitan aku mengendusi ketiak ibu ketika aku mulai merasakan libidoku tak tertahankan.

Ibu: "Udah ah entar kotor. baru dicuci."

Aku: "Kalau gitu sebelum dicuci boleh ga lap hidung Hadi lagi?"

Sambil merapikan rambutnya ibu hanya mengernyitkan hidung.

Ibu: "Bau dong."

Aku: "Biarin. Hadi suka."

Lalu aku rasakan ingin sekali mengocok kontolku karena sudah tak tahan, namun aku tak bisa melakukan di sini. ibu belum siap, maka kataku.

Aku: "Hadi sakit perut."

Lalu aku kabur ke kamarku dan menggunakan CD ibu pagi ini sebagai bahan endusan, dan cd ibu yang kemarin sebagai bungkus kontol, aku kocok kontolku. ga sampai dua menit spermaku tumpah ke CD ibu yang kemarin. Sore itu sampai malam, aku marathon masturbasi hanya diselingi makan malam. Waktu makan malam, ada senyum aneh ibu setiap kali ia berbicara padaku. Ternyata ibu ga hanya suka dilihatin, tapi dipeluk dan diendus olehku!
 
BAB LIMA

Hari Minggu pagi, Kak Dian berangkat ke rumah temannya untuk kerja kelompok. Aku berdua saja dengan ibu. Ibu seperti biasa melakukan pekerjaan rumah tangga. Ia akan mandi sekitar jam sepuluh pagi kalau hari Minggu, karena ia bangun selalu agak siang. berbeda dengan hari biasa di mana ia bangun jam empat pagi.

Ketika ibu ke kamar, aku tahu ia akan mandi. Kubuka pintu kulihat ibu sedang menyiapkan BH dan CD yang bersih untuk di bawa ke kamar mandi.

Ibu: "Ngapain kamu Di?"

Aku: "Sebelum dicuci, Hadi mau lap hidung di sapu tangan ibu yang kemarin waktu dandan."

Ibu: "Udah bau, Di."

Aku: "Biar bisa lamaan. Kalau baru cuci cuma dikasih sebentar sih."

Ibu menghela nafas. Ia membuka dasternya lalu bergerak ke meja rias.

Aku: "biar ga pegel di tempat tidur saja, Bu."

Ibu menatapku aneh, lalu dengan ber BH dan celana dalam saja ia duduk di tempat tidur. Aku memintanya tiduran, sementara aku membuka baju sehingga tinggal boxer.

Ibu: "Kok buka baju?"

Aku: "Masak ibu aja yang buka daster, biar adil, Bu."

Ibu tiduran dengan kepala di bantal. Aku jejerkan bantal di samping bantal ibu. lalu perlahan tangan kirinya kuangkat bertumpu pada bantal yang kusiapkan. setelah ketiak telanjang ibu terlihat, aku membaringkan diri di samping ibu sambil memeluk perutnya dengan tangan kiri, kakiku kutibankan di kaki kiri ibu, lalu aku mulai mengendusi ketiak ibu yang kini tidak ada lagi aroma sabun. bau tubuh ibu memiliki aroma yang hampir mirip dengan bau yang di celana dalam, namun tidak begitu menyengat. aroma tubuh ibu halus dan masuk perlahan ke hidung. tak sadar, kontolku sudah mengeras dan terhimpit antara selangkanganku dan pinggul kiri ibu. tubuh ibu begitu hangat.

lama kugesekki ketiak telanjang ibu. dengan gerakan konstan membuatku tak sadar bahwa tubuhku ikut bergerak naik turun, gerakan orang bersetubuh. nikmat sekali kutekan pinggul ibu dan kugesekki naik turun. tak lama aku mulai menciumi ketiak ibu itu. tangan kanan ibu mulai memeluk badanku. ketika aku mulai memasukkan bulu ketiak ibu di mulutku, ibu bergerak sedikit menyamping ke kanan dan menaruh kaki kanannya di kaki kiriku dengan begitu kedua pahanya menjepit kaki kiriku.

kurasakan selangkangan ibu yang berbalutkan celana dalam mulai basah dan ibu sendiri menggoyangkan pantatnya sehingga selangkangan ibu menggeseki paha kiriku. kedua kakiku pun mulai kutaruh di posisi yang enak agar dapat menjepit kaki kiri ibu, selangkanganku kini menggeseki bagian atas paha kiri ibu. kami mulai saling menggesekkan pantat keras-keras, kurasakan tekanan di paha kiriku beserta daerah yang ditekan basah, licin dan hangat. ibu mulai bergoyang begitu kerasnya sehingga payudaranya berguncang naik turun dalam ikatan BH. tangan kananku yang dari tadi nganggur, aku pekerjakan karena aku punya akal bulus lain. tangan kananku memegang tali BH kiri ibu, lalu kenyotan dan ciumanku dari ketiak ibu aku pindahkan, tahu-tahu saja aku mengenyot payudara kiri atas ibu. Ibu mulai melenguh keras, dan gerakanku yang mengagetkan itu membuat tangan kirinya refleks mendekap kepalaku sehingga lengannya lurus lagi. dengan gerakan cepat tangan kananku menarik tali BH ibu ke bawah lalu menarik cup payudara ibu dengan keras juga kebawah.

Serta merta puting ibu yang berwarna coklat tua yang tadi tertutup rapat oleh BHnya, kini menjadi terbebas. puting itu sebesar kelingking jari bayi dan agak panjang dihiasi areola bulat dua kali lebih besar dari uang logaman seribu rupiah. aku masukkan pentil tetek kiri ibuku itu ke dalam mulutku dan aku mulai mengenyotinya dengan buas. ibu semakin buas menggeseki pahaku, ia lalu menggunakan tenaganya membalikkan badan kami sehingga kedua kakinya melingkari kedua kakiku sehingga tahu-tahu selangkangan kami beradu sambil mendekap kepalaku erat-erat dengan aku dibawah dan ia di atas.

Sementara selangkangan ibuku menekan dan menggeseki kontolku walau masih dibalut celana dalam kami masing-masing, kedua tanganku mencari-cari kaitan BH ibu di belakang. sekitar semenitan aku berusaha membuka, dan akhirnya aku mengerti cara membukanya. BH ibu jatuh tak jauh berhubung kami masih berdekapan, dengan gaya tak sabar ibu menarik BHnya dan melemparnya entah kemana, kedua payudaranya menggantung sempurna menatap wajahku. payudara ibu yang besar hanya sedikit turun sementara bulatan sempurna kedua buah dadanya itu tampak lebih indah tanpa ada sehelai benangpun.

kini aku lahap payudara ibu sebelah kanan dan ibu kembali mendekap kepalaku sambil menggesek selangkanganku secara keras. kurang tepat juga dibilang menggesekki, karena ibu sebenarnya menekan memeknya di kontolku lalu menggoyangkan pantatnya naik turun dan kadang memutar tanpa mengendorkan tekanannya itu. akhirnya tak lama aku mulai mengejan dan mengeluarkan spermaku di dalam celana boxerku sambil aku membuka mulut dan melenguh nikmat. ibu tidak lama dariku, mendapatiku mengejan ia mempercepat goyangan pantatnya lalu setelah beberapa saat menekanku dan memelukku kuat-kuat.

Ibu: "Hadiiiiiiiii...............aaaaahhhhhhhhh......."

Tubuh ibu yang lemas menggeleser ke sampingku. Ibu merebahkan diri lalu memejamkan matanya. Aku membuka boxerku dan mulai membersihkan diri dari spermaku, sementara ibu masih sedikit tersengal dan memejamkan mata tangan kanannya ditaruh di kepala sehingga ketiaknya yang sedikit berbulu itu terlihat. setelah kering daerah selangkanganku, aku rebah lagi di samping ibu dan mulai mengendusi ketiaknya itu sambil tangan kananku mengelus-elus payudara kiri ibu.

Ibu hanya terdiam saja ketika aku mulai menikmati bulu ketiak ibu. bulu itu kumasukkan ke dalam mulut dan aku mulai menghisapi keringat yang ada di situ secara perlahan. jari tangan kananku asyik mengelus bukit dada ibu yang kiri sambil terkadang mencubitnya perlahan, terkadang memelintirnya juga. lama kelamaan tetek kiri ibu aku remas-remas juga. ini menyebabkan kontolku menjadi tegang lagi.

Aku bersimpuh di sebelah kaki kanan ibu, lalu aku memegang celana dalam yang ibu pakai dengan kedua tanganku di kedua sisi celana itu. dengan perlahan aku tarik celana dalam ibu.

Ibu: "Mau ngapain lagi, Di? belum puas lap hidungnya?"

Aku: "Kotor tuh Bu, Hadi mau bersihin. boleh ya?"

Ibu: "Masak kamu lihatin itunya ibu."

Aku: "Cuma bersihin aja kok, Bu. boleh ya?"

Ibu hanya menghela nafas tapi tak ada jawaban. Maka aku terus menarik celana dalam itu ke bawah. ibu membantu setengah hati sehingga agak lama sekali dapat kubuka, ini menyebabkan pemandanganku bagaikan striptease saja. perlahan-lahan bulu kemaluan ibu yang basah dan mengkilat itu tampak sedikit. semakin lama celana dalam ibu kutarik, semakin banyak bagian selangkangan ibu dapat aku tatap dengan nafsu. Jembut ibu lebat namun tampak ibu mencukur jembutnya walau tidak serapi bintang porno. Jembut ibu yang lebat dipotong agak segitiga ke bawah, mungkin agar bulu jembut itu tidak terlihat keluar menyembul bila pakai celana dalam. dari bagian atas selebar empat jari makin ke bawah makin mengecil sehingga ketika sampai di ujung kelentitnya, jembutnya selebar satu jari saja. Namun jembutnya lebat muncung ke atas. Ketika celana dalamnya terbebas dari kaki ibu, aku dapat melihat bibir memek ibu yang rapat, namun sedikit daging bibir memeknya menyembul kecil bagaikan daging lebih. seluruh selangkangan ibu basah, baik jembut maupun bibir kemaluannya.

Kubuka kaki ibu sehingga mengangkang, lalu menggunakan kaos oblongku yang tadi kubuka yang masih kering, aku perlahan mengelap selangkangan ibu.

Ibu: "Kok pakai baju kamu?"

Aku: "Mau dipakai nanti. biar kecium bau ibu."

Ibu menghela nafas lagi. Aku kembali konsen hingga seluruh selangkangan ibu kering. Setelah itu sambil tidur di bawah selangkangan ibu, aku membuka memeknya dan melihat lubang kencing ibu membuka, masih ada lendir ibu yang merekat di dinding memeknya sehingga ketika dibuka cairan itu tertarik ke samping sekitar lubang bagaikan lem yang lengket.

Ibu: "Ngapain lihatin memek ibu? dibuka lagi?"

Aku: "Mau dibersihin. masih basah tuh..."

Lagi-lagi ibu menghela nafas. aku cium bibir memek ibu yang menyembul itu yang kini terbuka ke samping. Tubuh ibu mengejan kecil.

Ibu: "Kok dicium?"

Aku: "Dibersihin pakai bibir, Bu. kalau pakai kain takut kotor."

Aku lalu mencium lagi bibir memeknya perlahan. Ibu menghela nafas. Bau memek ibu kini kuhirup langsung dari sumbernya, tidak lagi bau residu yang ada di celana dalamnya. Bau memek ibu menyengat secara indah di hidungku. Bau tubuh ibu yang khas dengan bau kencing ibu yang sedikit pesing dan wangi lendirnya bercampur menjadi sebuah bau yang begitu menggugah kelelakianku, bau yang tak dapat terlukis dengan kata-kata sederhana, bau yang membuat diriku budak oleh nafsuku kepada ibu kandungku yang melahirkanku.

Kujulurkan lidahku, dan kutaruh di ujung bawah memekny yang terbuka di bagian lubang kencingnya, lalu kutekan perlahan dan kusapukan lidahku di dalam memek ibuku ke arah atas sehingga mencapai klitoris ibu.

Ibu: "Aaaahhhh..... geliiiiiiiiii....."

Kusapukan lagi lidahku di memek ibuku kedua kalinya dari bawah ke atas. memeknya masih basah, dan banyak juga cairan memek ibu yang masuk ke dalam mulutku. kureguk cairan yang agak getir dan masam itu dan kunikmati tiap detik aku menjilati kemaluan perempuan yang mengandungku sembilan bulan itu.
Pada jilatan ke lima, kedua tangan ibu mencengkram kepalaku dan menekan selangkangannya ke mulutku. sambil bernafas di klitoris ibu, aku mencolok-colok lubang kencing ibu dan menggerankan kepalaku naik turun. hidungku menggeseki kelentit ibu sementara lidahku merogohi lubang kemaluannya. cairan memek ibu mulai membanjir. lendir hangat dan beraroma birahi membasahi wajahku dari hidung sampai dagu. bau tubuh dan memek ibu sudah menempel di kulitku, sementara aku berusaha mereguk seluruh cairan dari dalam kemaluan ibu kandungku itu.

Suatu saat aku sedot salah satu bibir memek ibu yang menyembul itu. Tubuh ibu menegang dan cengkramannya makin erat membuat rambutku sakit terjambak.

Ibu: "Iyaaa.... sedot memek ibuuuuu........."

Aku mulai menyedoti memek ibu, kedua bibir memeknya, sedikit bagian dalam memek ibu walaupun sukar, dan juga kelentit ibu yang sudah mengeras dari tadi. tubuh ibu mulai mengeluarkan keringat secara deras. bau tubuh ibu dan bau memeknya tersebar ke penjuru ruangan, sementara aku yang secara frontal berhadapan dengan vaginanya itu, kini hanya dapat mencium bau tubuh ibu saja di hidungku. seluruh bau yang lain seakan terhapus oleh bau memek ibuku yang cantik dan seksi ini.

Dalam gerakan bagaikan tersiksa, ibu mengejan-ngejan sementara kedua kakinya menjepit kepalaku dan kedua tangannya mencengkeram rambutku sangat keras membuatku kesakitan, lalu ibu mengalami orgasme yang hebat.

Ibu: "Hadiiiiiiii.... Ibu ga tahaaaaan laaagiiiiiiiihhhhh............ heeeeeeeeeeeekkkkkkk......."

Akhirnya tubuh ibu lemas dan kulihat ia memejamkan mata lagi. kedua kaki mengangkang lemas dan kedua tangan terbuka di samping. toket ibu yang ranum itu naik turun cepat bagaikan baru lari sepuluh kilometer.

BAB ENAM

Dari tadi aku menahan gelora, kini saatnya. Aku bersimpuh di bawah selangkangan ibu, lalu kontolku yang saat itu masih sekitar 15 cm panjangnya kuarahkan dengan satu tangan di ujung lubang memek ibu yang kubuka dengan satu tangan yang lain. setelah kepalanya nancap di ujung cincin lubang memek ibu, kutekan kontolku masuk dengan bantuan tangan kanan, dan tangan kiriku menolak paha kanan ibu agar mengangkang lebar. Tak kusangka lubang memek ibu agak sempit sehingga agak susah masuk, aku harus menekan dengan kuat dengan pinggang dan berat tubuh.

Akhirnya, dengan sekuat tenaga aku dorong tubuh ke bawah dan kepala kontolku masuk dengan sensasi plop! dan karena kekuatanku itu, ketika kepala kontolku dapat menerobos masuk, seluruh kontolku secara cepat amblas ke dalam memek perempuan yang mengandungku itu. Kurasakan sebuah lubang sempit hangat dan licin, dengan dinding memek ibu bagaikan menjepit kontolku keras, sensasinya tak pernah kurasakan seumur hidupku yang saat itu baru 13 tahun berjalan. Oleh karena itu saat kontolku amblas di memek ibu, tubuhku kujatuhkan di atas tubuh ibu dan kupeluk ibu rapat-rapat.

Ibu agak lamban bereaksi, karena ia baru saja mengalami orgasme yang sangat hebat. ketika ia merasakan memeknya agak sakit karena ada benda tumpul yang menerobos tanpa ampun, aku sudah menindihnya dengan seluruh batang kontolku terbenam di dalam memeknya yang kini panas dan licin.

Ibu: "Kamu ngapain Di?!"

Ibu agak berteriak karena terkejut mendapati anaknya sedang menyetubuhi dirinya.

Hadi: "Kan lagi bersihin ibu. tadi mau dikeringin tapi dalamnya masih basah tuh. kalo botol beling bersihinnya pakai alat yang panjang itu, kan? Nah, karena Hadi takut infeksi, maka bersihin punya ibu pakai punyanya Hadi aja."

Ibu mengernyit.

Ibu: "Tapi ini kan...."

Saat ibu terbata berkata-kata, aku segera menyelaknya.

Aku: "Cuma bersihin doang. Ibu tenang aja, Hadi ga ngapa-ngapain kok."

Biar aja kayak orang gila, pikirku. toh ibu tadi aku jilati memeknya menikmati, sebenarnya dia juga akan menikmati persetubuhan kami, hanya saja secara moral memang yang aku lakukan salah. Biarlah aku tutup dengan kontradiksi, toh ibu juga penuh kontradiksi.

Ibu : (Menghela nafas) "Bersihin aja ya. jangan macam-macam."

Sambil mendekap ibu, aku mulai mengocok kontolku maju mundur di dalam memek ibu.

Ibu: "Kok kamu gituin ibu?"

Aku: "Ini bersihin, kayak ibu bersihin botol kan alatnya dikocok di dalam."

Tanpa berhenti aku mulai menggauli ibu. aku mulai menyedot-nyedot payudara ibu, sementara ibu melingkarkan kedua tangan dan kaki di tubuhku. kami berdua penuh dengan keringat yang kini bercampur menjadi satu. kedua tangan kami tak hanya mendekap dan berpelukan, tetapi saling mengelus dan meraba. hanya mulutku saja yang menciumi, menjilati dan mencupangi ibuku. sementara ibuku hanya memejamkan mata dan melenguh-lenguh saja.

Aku: "Bu, coba nunduk ke sini, Hadi mau bersihin mulut ibu."

Ibu menatapku aneh, namun hanya sebentar. Ia menunduk sementara aku mendongak dan kami berciuman. hanya saja ciuman hanya bibir dan cepat.

Aku: "Cepet banget. yang lama. keluarin lidahnya bu, mau Hadi bersihin."

Ibu membuka mulutnya kecil aku segera melahap bibirnya dan lidahku masuk ke mulut ibu yang ternyata bau mint. rupanya habis makan tadi beliau gosok gigi. Ibu membuang mukanya.

Ibu: "Mulutmu bau kacang dan jigong, Di."

Aku tadi makan roti dengan selai kacang.

Aku: "Sekarang ibu yang bersihin jigong Hadi."

Aku tak menghiraukan ibu walau kulihat tampangnya yang tampak agak jijik, ku tangkap kedua pipinya lalu aku ciumi lagi bibirnya. pertama-tama ibu enggan dan berusaha membuang muka, namun kedua tanganku tetap menahan. sebenarnya ibu bisa melawan, tapi dia adalah perempuan penuh kontradiksi, karena tak lama ia menikmati juga french kiss denganku.

Lama kelamaan kami asyik bercinta. kami berpelukan lagi dan menindih ibuku, dengan aku mendongak dan ibu menunduk kami terus berciuman dengan hot, lidah kami asyik saling membentur, ludah kami bertukar, kadang aku menelan ludah ibu, kadang ibu menelan ludahku yang sedikit bau jigong. lama kelamaan kedua mulut kami memiliki aroma yang sama.

Ranjang itu berdecit riuh, sementara, di atasnya, Isteri tercinta dari Anwar Surya sedang menikmati persenggamaan dengan lelaki lain, melakukan perselingkuhan atas pernikahan mereka, menodai persatuan itu dengan menerima kemaluan lelaki lain di dalam kemaluan isterinya itu. Yang lebih sensasional adalah, pemilik kemaluan itu adalah anak dari pernikahan mereka! Bisa mati berdiri Anwar kalau melihat ini terjadi.

Aku merasakan kenikmatan yang tiada taranya. Aku baru tahu arti seks. Keperjakaanku telah pergi. Namun, yang membuat semua ini bagaikan mimpi adalah aku dapat melepas keperjakaanku di dalam kehangatan vagina milik ibu kandungku yang sudah lama aku cintai. Bukan cinta anak dan orangtua, tetapi cinta lelaki kepada seorang perempuan. Ditambah usiaku baru 13 tahun. Ingin sekali aku wartakan kepada dunia apa yang aku rasakan, tetapi aku tidak bisa. tak mungkin terjadi tanpa ada yang masuk penjara. Oleh karena itu aku ucapkan perasaanku kepada Ibuku.

Aku: "Hadi tahu ibu ga suka terus-terang, makanya perkataan ibu suka beda dengan perbuatan. Hadi tahu ibu suka kita begini, tetapi ga mau mengakui.."

Ibu: "Hadi ngomong apa sih?"

Aku: "Ibu jangan ngomong dulu. Hadi mau lepasin semua perasaan Hadi. Hadi mau ngucapin perasaan Hadi. Hadi dari dulu sayang banget sama Ibu. melebihi sayang seorang anak. Baru tahun ini Hadi berani deketin ibu, dan ternyata ibu ga menolak."

Ibu: (dengan perlahan) "Hadi....."

Aku: "Dengerin Hadi dulu, Bu. Hadi sayang sama ibu. Tapi ga hanya itu, Hadi pengen banget begini sama ibu, Hadi pengen bersama ibu sama seperti ayah bersama ibu, di kamar, melakukan hubungan intim seperti ini..."

Ibu: "Tapi kita kan lagi bersih-bersih......"

Aku: "Sudahlah, Bu. Kita tahu sekarang kita lagi berhubungan seks...."

Kami terdiam tak berbicara sejenak, kulihat wajah ibu seakan sedih, namun anehnya, selangkangan kami tetap bertumbukkan, pantat kami masih menggoyang. Ibu rupanya masih ingin tetap pada fantasi bahwa kami sedang tidak berhubungan seks, padahal dia tahu bahwa kami sedang berhubungan seks. aneh, kan? tapi, menurutku, ibu tidak ingin mengakui bahwa hubungan kami sudah menjadi hubungan suami isteri, dia tidak ingin mengakui bahwa kami bukanlah sekedar anak dan orangtua lagi. Ia ingin berhubungan seks denganku tanpa ikatan keintiman antara dua insan lelaki dan perempuan. dia ingin setelah selesai, kami adalah ibu dan anak tanpa ada perubahan.

Aku: "Ibu, akuilah bahwa kita adalah kekasih. biar hanya kita berdua yang mengetahui, tetapi ibu harus mengakui bahwa Hadi dan ibu saling mencintai sebagai lelaki dan pria juga, tak hanya anak dan ibu."

Ibu: "Kamu tetap anak ibu, Hadi. Apapun yang terjadi."

Aku: "Betul, tetapi BUKAN HANYA anak dan ibu, tetapi juga KEKASIH. Kekasih yang adalah anak dan ibu."

Ibu: (lirih) "Kamu mau ibu ngapain, Hadi?"

Aku mulai menggenjot ibu dengan keras dan ibu membalas setara dengan genjotanku, sambil saling menggeram kami tetap berbicara,

Aku: "Katakan bahwa ibu menyukai Hadi menggagahi ibu. Katakan bahwa ibu senang disetubuhi anak kandungnya. Akui bahwa kita bercinta karena kita saling mencintai, ibu."

Ibu memejamkan matanya, aku mencupangi lehernya menambahkan sensasi nikmat yang kami berdua rasakan.

Ibu: "Hadi......... ibu...... ibu........."

Aku: "Akuilah, Bu. Hanya dengan mengakui, hubungan kita bisa lebih sempurna. Kita bisa mencintai satu sama lain tanpa hambatan dan halangan apapun. Jangan biarkan hubungan kita ini diam di tempat saja. Akuilah ibu.... maka kita akan mencintai dengan bebas...."

Ibu: "Ibu...... oh Hadi...... Ibu su... Ibu suka kamu menyetubuhi ibu........ burung kamu...."

Aku: (menyelak) "Jangan memakai kata-kata halus bu bila kita ingin bebas mencintai...... gunakan kata sejujurnya..... katakan saja kontol, memek, sejujurnya, Bu..."

Ibu menitikkan air mata namun memandangku erat,

Ibu: "Oh Hadi...... Ibu suka sekali kon... kontolmu masuk ke dalam me.... me... memek ibu..... kontol kamu keras dan panjang...... ohhh.. lebih besar dari punya Bapakmu.... Oh Hadi...... Ibu tahu kamu pengen banget meniduri ibu.... Ibu tahu akhir-akhir ini kamu berusaha melihat tubuh ibu...... ibu ingin menolak, tetapi dalam hati..... dalam hati ibu suka sekali dengan perhatian Hadi pada ibu..... Hadi membuat ibu merasa muda lagi, merasa cantik, merasa dibutuhkan seorang lelaki....."

Aku: "Ibu memang masih muda, masih cantik, tiap kali Hadi melihat ibu, walau berpakaian, Hadi ingin sekali memperkosa ibu di tempat, tapi...... Hadi tak ingin menyakiti ibu.... Hadi ingin mendapatkan Ibu hanya bila ibu mau menjadi milik Hadi. Sekarang, apakah ibu ini milik Hadi?"

Persenggamaan kami makin memanas, kedua selangkangan kami beradu begitu keras sehingga terdengar jelas di kamar ini bunyi pukulan antara daging dan daging terus menerus bertalu-talu.

Ibu: "Oh Hadiiiii...... Ibu adalah milikmu........... jadikan ibu perempuanmu.... kekasihmu..... isterimu...... Ibu rela apapun untuk anakku, Hadiku......."

Aku: "Mulai sekarang, setiap saat, bila gak ada orang lain, Hadi akan memiliki ibu, Hadi akan memasuki ibu..... Kita akan menjadi satu, tiap hari kita akan jadi satu tubuh, apakah kontol Hadi akan memasuki memek ibu, atau mulut Hadi akan mencium ibu, Hadi ga akan ngelepasin ibu..... Ibu adalah kepunyaan Hadi...."

Ibu: "Hadiii... entotin ibu tiap hari..... tiap hari cintai ibu..... ciumin ibu..... jilatin ibu..... ibu siap selalu, anakkuuuu....."

Bagaikan binatang ngamuk, kami berdua saling membenturkan selangkangan kami kuat-kuat, bunyi dentuman selangkangan bagaikan memekakkan telinga kami. kulit kami saling menempel ketat, badan kami basah oleh keringat kami berdua yang menyatu, sementara di selangkangan kami, keringat kami juga bercampuran dengan cairan pelumas yang keluar dari ibu, juga ludahku yang tadi membasahi kemaluannya. Kami adalah satu. sebelumnya aku sebagai janin juga adalah bagian tubuh ibu, dikandung selama sembilan bulan, sekarang, tubuh kami menyatu lagi, hanya saja bukan seluruh tubuhku seperti waktu masih di kandungan, tetapi, kini kemaluanku dan ibu sudah menyatu menjadi satu tubuh, bersetubuh.

Kami berdua mulai dirasuki euphoria karena kami telah melewati tahap kritis hubungan kami. dengan saling mengakui ketertarikan satu sama lain secara seksual, maka hubungan yang tadinya anak dan ibu, kini menjadi matang dalam hubungan intim suami dan isteri. walaupun tidak di mata hukum dan di mata agama, tetapi kami kini telah kawin dalam hal yang lebih dalam, kami berdua telah saling membuka jiwa dan menerima satu sama lain. Kami adalah soul mate, dan saat ini, hubungan intim sedarah ini adalah suatu pengejawantahan dari pernikahan jiwa kami berdua.

Ibu mendadak menyambar kepalaku, menciumku dan menyedot lidahku sementara kurasakan tubuh ibu mengejan berkali-kali bagaikan gempa bumi dan memek ibu kurasakan panas dan cairan wanitanya membanjir meluap keluar membasahi kontolku yang saat itu berada di dalam memeknya, dan juga selangkangan kami berdua yang sudah basah dari tadi. Memeknya membuka menutup menjepit kontolku tanpa ampun, membuat aku tiba-tiba meledak dalam kenikmatan tak ada taranya.

Di dalam vagina ibu, penisku memuntahkan jutaan bakal anak yang berkompetisi menuju sel telur yang diproduksi ibu. berkali-kali kontolku menghentak dan memuntahkan air mani, lebih banyak dari biasanya, karena orgasme ini adalah yang terbaik yang pernah aku rasakan. aku merebahkan diri menindih ibu dengan lemas.

Setelah kami berdua beristirahat, aku beringsut duduk, dan melihat ketika penisku keluar, lubang vagina ibu yang rapat tampak merekah sementara sebelum akhirnya menutup dan air pejuhku yang banyak sekali keluar tadi, perlahan keluar dan menetes dan sedikit darinya jatuh di tempat tidur.

Ibu terduduk, masih mengangkang dan melihat air maniku yang keluar sebagian kecil.

Ibu: "Kalau ibu hamil bagaimana?"

Kami bertatapan sebentar. Aku kemudian tersenyum lalu memagut bibir ibu.
 
BAB TUJUH

Kak Dian satu-satunya faktor yang membuat hubungan kami tidak bisa secara bebas diumbar. Hanya bila Kak Dian pergi ke luar rumah, maka kami bisa memadu kasih bagaikan orang baru pacaran dengan terbuka. Di hari-hari biasa, aku harus membatasi kemesraan kami di kamarku ataupun ibu. Sore hanya sekali saja kami dapat berkasih-kasihan, setelah jam 9 dan Kak Dian tidur, maka barulah aku akan ke kamar ibu dan kami akan bercinta minimal dua kali dan aku akan dibangunkan ibu jam 4 ketika ia bangun, di situ kami akan berhubungan seks secara cepat (quickie) biasanya kami langsung bersenggama tanpa foreplay.

Sebulan berjalan, suatu siang Kak Dian memanggilku ke dalam kamarnya. Saat itu ibu pergi karena ada pengajian dari siang. Aku disuruhnya duduk di tempat tidur. Kak Dian berdiri.

Kak Dian: "Kakak mau tanya kepada kamu. Kenapa kamu dan ibu melakukan hubungan keji yang terlarang?"

Bagaikan petir di siang bolong, aku terdiam tak mampu berkata-kata.

Kak Dian: "Tiap malam Kakak denger kalian mengerang-ngerang, mendesah-desah.... Apa kalian pikir Kak Dian ga tahu? Bahkan sore sebelum ibu mandi, kalian juga berhubungan intim macam binatang saja! binatang itu mengawini ibunya sendiri!"

Aku masih duduk melongo saja. apa yang akan terjadi? apakah Kak Dian akan mengadu pada ayah? apakah keluarga ini akan hancur?

Kak Dian: "Ayah membanting tulang demi kita semua, kalian berdua melakukan perbuatan biadab! tak tahu malukah kalian?!"

Kak Dian kuperhatikan memakai gaun tidur baby doll tipis putih, dan putingnya menerawang. Kak Dian lebih tinggi sedikit dariku, berbeda dengan ibu, tubuhnya ramping dan payudaranya walau tak sebesar ibu, tampak bulat dan mancung tegak. Kulitnya pun putih, seperti kulit ayah, aku sendir sawo matang seperti ibu. wajahnya pun manis, mirip ibu tetapi dengan hidung sedikit lebih mancung dan pipi yang tegak yang tampak bagus bila di foto.

Kak Dian terus mengomel, tetapi aku malah asyik melihat siluet tubuhnya dari balik gaun. hmmm, apakah dia ga pakai celana dalam, pikirku. Entah apa yang ia ucapkan karena aku lebih memperhatikan putingnya yang menonjol itu.

Tiba-tiba Kak Dian menamparku.

Kak Dian: "Apa kurang tetek ibu? sekarang kamu merhatiin tetek Kak Dian? tetek Kak Dian kecil, ga sebagus punya ibu!"

Aku bengong, namun rasa sakit di pipi tak membuatku jera menatap pentilnya yang masih tertutup gaun tidurnya. Ia menamparku lagi. tapi kali ini tak sekeras tadi.

Kak Dian : "Bajingan kamu! otakmu sudah bejat!"

Bau tubuh Kak Dian berbeda dengan ibu. ini bau gadis muda. aku tak dapat menahan emosi. Kak Dian yang di depanku tak menyangka juga, karena saat itu aku memeluk dia yang berdiri di depanku tanpa aku merubah posisi duduk, lalu aku mengenyot pentil Kak Dian yang kecil itu walau masih dibalik gaunnya.

Kak Dian menampar pundakku walau tak terlalu keras dengan tangan kanannya, sementara tangan kirinya mendoront kepalaku walaupun tidak terlalu keras sehingga mulutku masih menempel di putingnya.

Kak Dian: "Hentikan! Ksmu mau apa? hentikan! Nanti Mbak teriak minta tolong!"

Aku terus mengenyot pentilnya, Kak Dian terus menampari pundakku, namun makin lama makin pelan, sementara suaranya masih terdengar walau tidak berteriak keras.

Kak Dian: "Hadi! udah donk...... lelaki bajingan kamu! Kakak sendiri mau diperkosa!"

Aku tersentak. tadi aku cuma mau isep aja teteknya, tapi dia malah bilang mau perkosa.

Aku: "Kak Dian mau aku perkosa?"

Aku masih duduk menatapnya dari tempat tidur, sementara tangan kirinya masih memegang kepalaku.

Kak Dian: "Aku ini bukan Ibu yang gampang dirayu lelaki jelek macam kau ini!"

Aku memeluk pinggangnya, Kak Dian menggunakan kedua tangannya mendorong pundakku, tetapi tenaganya tak cukup untuk melepas aku.

Kak Dian: "Lepasin dong....."

Aku: "Kan mau Hadi perkosa, masa dilepasin?"

Kak Dian: "Hadi! ga lucu ah!"

Aku tarik dan banting dia perlahan ke tempat tidur. Kak Dian masih meronta, tapi tetap saja dia bagai setengah hati, karena tidak cukup kuat untuk mendorongku. Aku curiga bahwa Kakakku ini sama saja dengan ibu, di mulut ngomong ini kenyataannya malah melakukan itu.

Aku menindih Kak Dian yang meronta kemudian aku cium mulutnya. kami ciuman selama beberapa saat, lidahku menyapu bibirnya yang tak mau dibuka. Kak Dian lalu memalingkan mukanya.

Kak Dian: "Apaan sih nyium-nyium?"

Aku menciumi wajahnya yang cantik, sementara Kak Dian menggelengkan kepalanya ke kiri dan ke kanan, terkadang aku dapat menciumnya sejenak sebelum ia menjauhkan bibirnya dari bibirku. tali gaunnya kutarik ke bawah, Kak Dian meronta, namun anehnya dengan rontaan dia malah membuat tali itu lepas dari tangannya! Kutarik gaunnya kebawah sampai perut sehingga dua buah payudara yang mungil namun bulat terlihat. berhubung ia rebah, gundukkan payudaranya tidak tampak jelas, namun tetap saja aku jadi horny berat.

Kak Dian menampari mukaku pelan.

Kak Dian: "Berhenti! kamu bener-bener biadab! udah ah!"

kupegang kedua tangannya dengan kedua tanganku dan ku taruh di atas kepala. ketiak putih dan licinnya terlihat. wow. aku ciumin bibirnya namun ia masih berusaha meronta.

Aku: "Kalau ga dikasih bibirnya, ga jadi Hadi perkosa nih!"

Kak Dian: "Cis! siapa lagi yang mau diperkosa kamu."

Aku pagut bibirnya, kali ini dia hanya menggeleng pelan tetapi bibir kami tetap menempel. aku keluarkan lidahku namun Kak Dian menutup rapat mulutnya"

Aku: "Cium ga?"

Kak Dian: "Ga! pergi ga?"

Kak Dian mendorongku walau pelan, aku pura-pura duduk saja. Aku buka kaos dan celanaku. akhir2 ini aku ga pakai celana dalam, jadi dalam beberapa detik, aku sudah bugil.

Kak Dian: "Hadi! kakak teriak nih!"

Aku bergerak untuk menghampiri dia dengan merangkak di kaki dan tangan bagai hewan, Kak Dian meronta-ronta, tetapi malah kedua kakinya terbuka, aku tarik bagian rok gaunnya keatas sehingga kini gaun itu berjumbel di perut dan ternyata kulihat memeknya tidak tertutup sehelai benangpun, selangkangannya hanya dihiasi sedikit jembut di atas kelentitnya. aku tindih dia sehingga tahu-tahu kontolku sudah menempel di jembutnya yang sejumput itu.

Kak Dian: "Hadi! tolong Kakak! jangan perkosa kakak!"

Aku pikir kalau dia mau belagak gila dengan pura-pura ga mau, aku juga bisa pura-pura.

Aku: "Aku ga akan perkosa kalau Kakak French Kiss aku.."

Kak Dian: "Ga Mau! mulutmu bau!"

Aku: "Ya udah..."

Aku pegang kontolku dengan tangan kanan dan kugesekki bibir memeknya dari atas, ternyata memeknya sudah basah.

Kak Dian: "Oke... Oke.... berhenti....... Kakak Cium kamu!"

Aku tidak menaruh kontolku lagi di jembutnya, tetapi ketika kugesek bibir memeknya, bibir memeknya membuka, aku lalu menaruh kontolku di bibir memeknya, tepat di depan lubang kencingnya, lalu berhenti.

Aku pagut bibirnya dan kini ia mendekap kepalaku dan mulai membalas ciumanku. lidah Kak Dian lebih halus dibanding lidah ibu, namun mulutnya tidak sewangi ibu yang sering gosok gigi dalam sehari bisa 5 kali, karena tiap selesai makan ibu akan gosok gigi. Namun walaupun aku dapat merasakan sisa gulai di mulutnya, aku merasakan kenikmatan juga kala kami berciuman. sedikit demi sedikit memek Kak Dian mulai basah. aku mulai menggerakan pantatku maju mundur menggeseki lubangnya.

Kak Dian menghentikan ciumannya.

Kak Dian: "Katanya ga mau perkosa kalau kakak kasih ciuman?"

Aku: "Cuma digesek, kan. ga ditusuk. tenang aja, Kak."

Aku menciumnya lagi dan mulai menggeseki liang persenggamaan milik kakak kandungku itu. lama kelamaan kepala kontolku menancap juga di depan liang vagina.

Kak Dian: "Jangan dimasukkin!"

Aku: "Cuma dorong pelan ga bakal bisa masuk, percaya deh."

Aku memagut lagi bibirnya. kami kembali asyik berciuman sementara aku maju mundur, menancapkan kepala kontolku lalu menarik keluar. lama kelamaan, memek Kak Dian banjir juga, ia mulai ikut juga mendorong dan menarik selangkangannya. Satu ketika, Kami yang sedang asyik-asyiknya ciuman tak merasakan bahwa kami saling mendorong sedikit lebih kuat, sehingga tiba-tiba lubang memeknya diterobos kepala kontolku. Kak Dian menahan pinggulku dengan kedua tangannya.

Kak Dian: "stop! katanya ga dimasukkin?" Ia bermasuk mendorongku, tapi aku yang lebih berpengalaman mampu bereaksi cepat.

Aku: "Ga sengaja, Kak. jangan didorong dulu, sempit, kalau aku sakit dan ga tahan nanti malah kaget dan bergerak maju makin ke dalam deh....."

Memeknya sangat sempit, kulihat ia meringis, maka aku berkata.

Aku: "Sambil ciuman kak, tar ilang sakitnya."

Kami berciuman lagi, kali ini dengan kepala kontolku masuk sedikit di vagina kakakku itu. Mula-mula kakakku hanya merespons sedikit, namun setelah beberapa menit kami tenggelam lagi dalam ciuman kami. memek kakakku semakin banjir, dan aku mulai mengocok kontolku pelan.

Kak Dian: "Nyeri...... stop...."

Aku yang memeluknya kini memegang kedua pantatnya dari belakang dan walaupun pantatku berhenti seakan mengikuti keinginannya, sebenarnya aku ingin memerawani kakakku itu. biarin lah konsekuensi nanti.

selama dua tiga menit, kami berciuman lagi, tanpa menggoyangkan pantatku. setelah tampaknya tubuh kakakku melemas dan tidak tegang lagi,sambil mempererat dekapanku di pantatnya, aku menarik pantatnya ke arahku sambil aku hujamkan pantatku ke depan kuat-kuat. kurasakan ada yang robek ketika kontolku amblas ke dalam memek yang sangat sempit milik kakakku itu. Kakakku menjepit kedua kakiku dengan kakinya dan memelukku erat-erat. ia menggigit pundakku.

Aku: "Aduuuuuuuhhhhh.... lepasin!"

Tapi ia tetap menggigitku, sementara memeknya mencengkram erat kontolku. akhirnya setelah beberapa menit ia melepas pundakku yang sedikit berdarah dan perih.

Kak Dian: "Bajingan kamu! katanya ga perkosa. ini apa?"

Aku: "Ini namanya perawanin, kakakku cantik."

Aku menciumi wajahnya.

Kak Dian: "tititmu jangan gerak dulu. masih perih banget. makanya gue bales gigit. dikira ga sakit apa?"

Aku tertawa, lalu mulai menciumi bibirnya. kami berciuman sebentar lalu Kak Dian melepaskan ciumannya.

Kak Dian: "Binatang kau....(kucium lagi kemudian ia melepas lagi).... biadab kau.....(kucium lagi)......"

Setelah puas beberapa kali memakiku diselingi ciuman. kami berciuman lagi. setelah beberapa menit, kakakku mulai menggerakkan pantatnya, dan aku mengimbangi. setelah itu tak ada kata-kata lagi, karena kami berdua sedang dirundung birahi. kami hanya mengerang nikmat sambil saling mengentot kemaluan lawan dengan sekuat tenaga, seakan ingin menghancurkan kemaluan lawannya.

Memek Kak Dian sangat rapat dan panas di samping licin. Bau tubuh Kak Dian yang sedap membahana seruangan, membuat aku semakin nafsu. lidah kami saling menjilat, mulut kami saling mencium, menyedot dan menghisap sehingga air liur kami sudah menyatu dan menjadi jus liur bersaudara. kerap kali mukanya yang cantik aku jilat-jilat, karena aku sangat birahi melihat kecantikan kakakku itu. telinga kakakku juga kubersihkan dengan telaten, tak ketinggalan lubang hidungnya yang mancung itu. terkadang aku sedot leher ataupun hidungnya, rambutnya kukunyah dan kuhisap-hisap, kujilati kulit di antara rambut hitamnya yang panjang. pendek kata, yang terjangkau lidahku saat itu akan kujilati sampai bersih.

Entah berapa lama kami bersetubuh saling menjelajah mulut, wajah dan leher dengan lidah kami, kemaluan kami bersatu dan saling mengocok dengan nafsu, kedua tangan kami meraba dan meremas apapun yang dapat diraih, pada akhirnya ketika Kak Dian orgasme, kontolku yang serasa dijepit dinding beludru, tak kuat lagi untuk menahan air mani yang akhirnya menyembur-nyembur ke dalam rahim kakak kandungku itu.

setelah aku ambruk menindih Kak Dian, terdengar suara.

Ibu: "Kalau sudah mandi dulu baru nanti kita makan malam."

Dengan terkejut kami lihat ibu yang masih memakai baju gamis berdiri di depan pintu. Ibu kemudian pergi, namun aku segera berlari menghampirinya dan menarik tangannya sehingga ibu berbalik menghadapku.

Aku: "Ibu... Ibu marah?"

Ibu tersenyum.

Ibu: "Enggak. kamu berdua tampaknya bahagia. Ibu bahagia kalau kalian bahagia."

Aku: "Kalau gitu, ibu buka baju, dan jangan pakai apa-apa. nanti ketemu kita di bawah."
 
BAB DELAPAN

Setelah kubujuk, Kak Dian turun ke bawah ke ruang tamu tanpa berbusana apapun. kami duduk di sofa. Tetek Kak Dian tidak kecil, bagian bundarnya selebar plakban besar, memang tidak sebesar payudara ibu yang gemuk dan berisi, namun pentil Kak Dian mancung sebesar penghapus yang ada pada pensil jaman dulu, areolanya pun kecil sedikit lebih kecil dari logam seribuan. dan letak pentil itu lebih ke tengah di banding ibu yang sudah agak turun ke bawah.

Sambil menunggu ibu, aku mengenyoti payudara kiri kakak kandungku itu. tak lama kontolku berdiri dan kami yang sedang asyik tak merasa apapun sampai ibu tahu-tahu duduk di samping kiriku dan menggenggam kontolku.

Ibu: "Nafsu kamu ga abis-abis Di. Bagus deh kakakmu ikut juga. sering ibu kecapekan setiap malam digarap dua kali paling sedikit. pernah kamu ngentotin ibu sampai empat kali dan yang keempat ibu udah ketiduran kan?"

Aku hanya tertawa, sementara tiba-tiba ibu mengulum kontolku. melihat punggung montok ibu, aku menjilati punggungnya yang berkeringat karena baru pulang dari luar. Kak Dian memeluk aku dan menarikku. kami berciuman sementara mulut hangat dan basah ibuku menyedot-nyedot kontolku.

Aku: "Sini Hadi jilatin memek Kakak."

Kak Dian mengangkang sementara aku tiduran di sofa, ia menaruh selangkangannya di mulutku dan menduduki wajahku. Ibu ganti posisi dengan menduduki kontolku, tampaknya dia sudah tak tahan lagi, mungkin karena melihat kedua anaknya ngentot di depannya. Memek ibu walau tak sesempit Kakakku, tetap saja lumayan sempit, karena kami berdua dilahirkan cesar. apalagi kata ibuku kontol bapakku kecil, sehingga lubang persenggamaan miliknya tetap joss kalau di coblos olehku.

sambil menjilati memek kakakku aku dientoti ibu yang mengendarai penisku yang keras. Ibuku tersenyum melihat wajah kakakku yang merem melek. diciumnya kening anak perempuan sulungnya itu. Kak Dian tersenyum dan mencium bibir ibu sebentar. mereka berdua saling berpegangan tangan dan mengendarai aku. ibu mengocok memeknya di kontolku sementara Kakakku menggeseki wajahku dengan memeknya yang kecil dan basah.

Makin lama goyangan kami makin hot, kedua pantat perempuan ibu dan anak itu bergerak cepat tanda orgasme yang akan datang nanti. Mereka akhirnya berpelukan erat saling mengerang di telinga masing-masing.

Kak Dian: "Terimakasih, bu, Dian boleh mendapatkan pacar ibu..."

Kak Dian mencium pipi ibu.

Ibu: "Dia sekarang suami ibu. dia juga sekarang suami kamu. kita ini madu. tapi ibu ikhlas."

Ibu mencium pipi Kak Dian. Kak Dian yang sedang birahi, merasa terharu, diciumnya bibir ibunya yang ikhlas di madu anaknya sendiri. mereka saling tersenyum lagi. Kemudian mereka berciuman di bibir sekali lagi. kali ini agak lama. sambil tetap berpandangan dan tersenyum, mereka berciuman lagi, kali ini menggunakan lidah. kami bertiga, ibu dan dua anaknya, merasakan suatu koneksi yang tidak dapat digambarkan, suatu hubungan yang amat spesial antara kami bertiga. untuk saat itu kami tahu bahwa kami bertiga tak akan pernah terpisahkan.

Dalam perasaan mabuk cinta, kami bertiga mencapai orgasme bersamaan.


Epilogue

Kami tidur satu kamar di kamar orangtua. Pagi hari jam empat ibu akan bangun, membangunkanku dan kami akan berhubungan seks. aku akan tinggal sementara ibu turun untuk menyiapkan makanan. Aku akan memandangi kakakku yang telanjang dan masih tertidur dan aku akan menjilati tubuhnya, biasanya memeknya, atau kadang aku menjilati ketiak tak berbulu miliknya sampai kakakku bangun. berhubung aku sudah foreplay sehingga kakakku terbangun horny, kami akan bersetubuh. setelah itu kami berdua mandi, terkadang kalau aku nafsu lagi, kami akan ngentot lagi.

Kami lalu makan pagi. kakak yang sekolahnya jauh akan bergegas berangkat, sementara kalau aku masih horny, ibu akan mengangkang di manapun aku mau, entah di dapur, meja makan atau kamarku, dan aku akan menyetubuhi ibu sekali lagi sebelum berangkat sekolah. aku berangkat sekolah dengan kemaluan bau memek ibu.

Pulangnya aku langsung mencari ibu yang biasanya sudah telanjang di dapur, sambil menunggu Kak Dian, aku akan menjilati ketiak ibu atau memeknya sampai aku horny lagi dan kami berhubungan seks lagi. setelah itu kami makan siang, setelah makan, giliran Kak Dian yang aku jilati dan setubuhi. setelah itu kami tidur siang. terkadang kami bertiga berhubungan seks, kalau aku letih terkadang mereka berdua asyik menjilati memek satu sama lain dengan posisi 69. terkadang aku ngaceng juga melihat mereka sehingga biarpun aku letih, aku akan ngecrot di salah satu dari mereka.

setelah belajar, buat pr (terkadang dengan salah satu dari mereka yang telanjang di sampingku sehingga terkadang terpaksa kami ngentot juga), maka kami akan mandi bareng. seringkali kami saling memuaskan diri di situ. lalu kami akan makan malam. sebelum tidur, minimal salah satu dari mereka akan aku semprot memeknya dengan maniku, terkadang satu orang dua kali. bahkan pernah dua duanya kusemprot tiga kali dalam satu malam.

tiga bulan kemudian ibu hamil, sedangkan kakak disuruh ibu minum pil. untung saja seminggu kemudian ayah datang, sehingga kehamilan ibu tidak ketahuan karena orang lain. Ibu melahirkan anak perempuan yang diasuh telaten oleh ibu. saat menyusui aku jarang sekali menyetubuhi ibu karena dia capek. hanya tiga empat kali seminggu. untung saja ada Kak Dian.

Kak Dian hamil tak lama lulus SMA, sehingga akhirnya aku mengontak saudara ketemu gedeku yaitu Guo Jing, dan beliau memberikan identitas baru bagi kami. Ibu cerai dengan ayah, dan aku menikahi ibu dan kakakku. Kami tinggal di luar Jawa atas petunjuk saudaraku Guo Jing. Kami tinggal di perumahan yang rata-rata adalah pasangan inses tanpa diketahui pihak berwenang. Dengan dua isteri, tiga anak perempuan dan satu anak laki-laki, aku bisa dibilang hidup dalam impian semua lelaki.

TAMAT

Lereng Gunung Kembar, tak jauh dari Rawa Basah Kenikmatan, 2016
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Salah satu penulis karya yang sangat saya kagumi :ampun: :ampun:
Sudah saya baca ... PERTAMAX ! Alur cerita nya mengalir, mantap :jempol:
 
the master of incest is back....
udah lama nungguin karyanya akhirnya muncul jg...
thanks suhu....
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd