12
UYUT ENCROT.
keluarga kecil Pocong disibukkan oleh Tuyul yang sedang sakit parah. sudah dua hari dua malam Kuntilanak hanya bisa menangis meratapi nasip anaknya. Penyakitnya semakin parah. Pocong dan Kuntilanak sudah membawa Tuyul ketabib para mahluk ghaib yang tinggal di tempat - tempat angker.
Seperti salah satu Tabib mahluk ghaib yang tinggal di pohon Nangka yang angker, pohon yang dikelilingi semak belukar yang tingginya rata - rata 40cm. Tapi tetap saja tidak ada perubahan yang dialami Tuyul. Bukannya sembuh, penyakit Tuyul semakin parah.
Kecerian di keluarga Pocong perlahan mulai memudar, tidak ada semangat yang terlihat di wajah mereka masing - masing. Baik itu Kuntilanak, Dangdut, Rocker maupun Pocong sendiri.
Dimalam yang terang dengan cahaya bulan. Pocong berdiri didepan sebuah WC umum khusus wanita, setelah satupun harian ini dia menacari tabib.
"RRRRRRGGGG..... OOOOORRRGGGG..
RRRRRRGGGGG.... OOOORGGGGGG.."
Dari dalam WC. Dia mendengar suara dengkuran yang sangat indah. Pocongpun masuk kedalam WC, dan menemukan sosok mahluk wanita gemuk berambut panjang berponi. Sosok wanita tengah berbaring melayang, sehingga rambut panjangnya menjuntai hingga menyentuh lantai.
Pocong hanya diam terpaku. Pikirannya tidak menggubris bagaimana wanita itu bisa tidur dengan posisi seperti itu. Toh... Hal seprti itu, tidur dengan posisi melayang, bukanlah hal baru baginya. Dia memasuki WC itu, hanya karena keinginan tahu saja. Siapa sebenarnya yang memiliki suara dengkuran yang seindah itu. Karena semasa hidupnya dulu. Pocong pernah mendengar sebuah lagu yang berjudul SABU. yang dinyanyikan oleh ALAM. Dan Nada lagu itu persis sekali dengan nada dengkuran si wanita.
Setelah rasa terusiknya akan suara dengkuran itu terpenuhi. Pocong keluar lagi dari dalam WC. Tapi ketika Pocong satu lompatan berada diluar WC. Dia mendengar suara sosok wanita memanggilnya.
"Hei.... Masuklah.. !"
Pocong menghentikan lompantannya. Dia memalingkan wajahnya kebelakang. Di dalam Wc. Sosok itu sudah berdiri dan melambaikan tangan memanggil Pocong.
"Kemarilah tyamfwan....!" Ujar wanita itu lagi.
Pocong kembali masuk kedalam WC menghampiri wanita itu.
"Ada apa Mbak yuk...??" Tanya Pocong ketika dia sudah berdiri di hadapan si wanita.
Wanita itu tidak menjawab. Dia malah merjalan mengelilingi Pocong, dan memperhatikan tubuh pocong mulai dari ujung kain atas sampai bawah. Sesekali wanita itu menggelengkan kepalanya.
"Ad......??" Pocong ingin bertanya. Tapi wanita itu menyuruh Pocong untuk diam dengan menempelkan jari telunjuknya di depan bibir.
"Ssssstttttt.....!"
Beberapa saat hening. Pocong mengikuti isyarat yang di berikan si wanita.
NGGGEEEEKKKK...... KLLEEKKK..!
Terdengar suara pintu WC terbuka dan sesaat tertutup lagi. Seorang wanita muda masuk.
"Ngggggggggg....nggggggg......!" wanita yang baru masuk itu mengerang dengan sangat kuat.
Pandangan Pocong teralihkan oleh suara erangan Wanita itu.
BLEBBB... BLEBBB... 10 kali.
Preetttt..... Preetttt.... 2 kali.
Pandangan Pocong jadi berkunang - kunang. Aroma khas dari suatu benda yang jatuh dari bokong wanita yang baru masuk tadi. Membuat Pocong mual dan ingin muntah sehingga pocong melompat untuk keluar dari WC itu.
"Mau kemana kau...?? Apa kau tidak ingin anakmu sembuh...?"
Mendengar pertanyaan si penghuni Wc itu. Pocong menghentikan lompatannya. Dia urungkan niatnya untuk keluar dari ruangan.
Srrrrr.... Srr......
Terdengar suara air. Pocong merasa lega. Wanita yang tadi masuk, sudah selesai dengan urusannya mebuang kotoran ususnya.
"Bagaimana Eh...anu...mmmmmm....!"
Melihat Pocong kebingungan. Wanita itu mengerti dan memperkenalkan dirinya kepada Pocong.
"Panggil aku Uyut Encrot..!"
"Ohhh... Uyut Encrot.... !" Pocong menggumam.. " Bagaimana Uyut bisa mengetahui kalau anakku lagi sakit...?"
"Hahahahahahah!!" Uyut Encrot tertawa. "Kau tau anak muda. Aku bisa merasakan aura hitam di sekitarmu. Dan dulu.. Aura hitam itu adalah milikku. Aku dulu sekarat dan mau mati. Tapi gara - gara ilmu itu. Ajal tidak kunjung juga memghampiriku. Hingga akhirnya aku melepaskan ilmu itu dan memberikannya kepada cucuku." Tutur Uyut Encrot panjang lebar.
"Berarti... Uyut Encrot bisa menolong kami...?"
"Tentu saja.... Tapi sekarang kau pulanglah dulu.. Besok malam aku akan ke rumahmu.. Wajahmu kelihatan sangat letih anak muda...!"
"Tapi Uyut....!"
"Sudahlah... Nggak usah khawatir.. Aku pasti menolongmu.!"
"Baiklah Uyut.....!" Ujar Pocong.
Setelah pamitan. Pocong pulang kerumahnya dengan penuh harapan. Walau Tuyul bukan anak kandungnya. Tapi Pocong sudah berjanji pada diri sendiri, kalau dia akan memenuhi tanggub jawabnya terhadap orang - orang yang menyayanginya.. Karena selama masa hidupnya. Pocong tidak pernah sekalipun memenuhi tanggung jawabnya terhadap orang lain, bahkan dirinya sendiri.
#######
Beberapa hari ini. Keluarga Bod merasa sangat bahagia. Mereka tidak lagi menjumpai atau mendengarkan hal - hal aneh di rumah mereka.
Bu Bod dan Pak Bod juga membelikan sebuah hadiah untuk Putra Bod yang telah membersihkan rumah mereka dari gangguan ghaib. Hadiahnya itu berupa satu lusin kaos kaki dan juga sebuah bola kaki yang tebuat darli plastik.
Tentu saja hadia tersebut membuat Putra Bod nelasangsa.
"Hadiah apaan ini....!!!" Batin Putra Bod.
"Kamu senang kan....?" Tanya Bu Bod. Dan dijawab dengan anggukan oleh Putra Bod.
Bu Bod memeluk Putra dan mencium keningnya sebagai ungkapan terima kasih. Dan saat Bu Bod memeluk Putra, sesuatu terjadi dalam jiwanya. Ada suatu pergolakan yang tidak pernah dia rasakan sebelumnya.
Selama ini, Putra sering menerima pelukan dari sang Ibu. Bahkan empat hari yang lalu Bu Bod memeluknya. Tapi biasa saja. Tidak ada gejolak yang dirasakannya seperti saat ini, tidak ada keringat yang timbul di pori - pori kulit wajahnha.
"Kenapa aku ini... ?" Batin Putra Bod. Dia masih belum bisa memahami.
Putra Bod tidak menyadari akan sesuatu. Saat dia melakukan ritual untuk membuat ramuan di rumah Mak Encrot. Saat itu pula aura gelap Mak Encrot mengalir dalam darahnya. Dan semakin cepat menyatu ketika Mak Encrot mengulum habis Penisnya.
Aura hitam telah mempengaruhi kejiwaan Putra. Bukan kejiwaan yang masuk kategori gila.... Bukan...
Tapi kejiwaan yang menyimpang mengenai sex. Itulah efek samping yang diterima oleh Putra Bod dari ritual itu, tanpa sepengetahuannya.
"Hei... Kau kenapa nak... Kok keringatan gini....??" Tanya Bu Bod ketika melihat butiran keringat di kening Putra. Bu Bod ngelap keringat Putra dengan jari jempolnya.
Putra Bod semakin keringat dingin. Jakunnya mulai naik turun, dia merasa seperti berada di padang pasir yang gersang. Haus akan dahaga. Entah dahaga apa. Putra belum bisa memahaminya. Karena perasaannya sebagai anak, masih sangat kuat.
Dengan jantung yang berdetak cukup kencang. Putra Bod meninggalkan Ibunya dan masuk kedalam kamar. Bu Bod hanya mampu mengerut dahi melihat sikap Putra.
Didalam kamar. Putra Bod mengeluarkan seluruh pertanyaan terhadap dirinya.
"Ada apa ini...? Apa yang terjadi dengan perasaanku..? Kenapa aku bisa begini....?"
Dari sekian pertanyaan, tidak ada satupun jawaban yang bisa ditemukannya. Bahkan adik putra Bod yang terbangun untuk memberikan isyarat padanya. Adik yang dimaksud bukanlah si Putri Bod, melainkan sibatang Kopi yang bertengger diantara pahanya. Putra Bod menarik nafas dalam bersamaan tangannya menarik celananya kebawah.
"Ada apa denganmu.. Apakah kau juga terusik seperti terusiknya diriku...??" Tanya Putra Bod kebatang Kopinya.
Perlahan tangannya mulai menggenggam dengan lembut batang Kopinya yang akan membuatnya susah tidur. Tangannya mulai mengurut, membelai, menarik ke atas dan kebawah. Pohon Kopi miliknya perlahan berubah menjadi Pohon Coklat.
Pohon Coklat itu telah memberikan kenikmatan padanya, ada senyum manis terlukis di bibir Putra saat Pohon Coklat itu tumbuh dengan sempurna. Dan suara eranganpun mulai terdengar pelan dari mulut Putra.
"Oh..... Ibuuuuuu....!"
Tanpa dia sadari. Pengaruh pertumbuhan Pohon Coklat, telah membuatnya menyebut nama yang seharusnya tidak dia sebut. Nama yang seharusnya dia hormati dan dilindungi. Bukan malah menjadikan sosok tersebut sebagai "BACOL".
Tangan Putra, yang tadinya bergerak dengan lambat, sekarang sudah mulai menemukan kecepatan yang dibutuhkan.
" KEPLOK.... KEPLOK...KEPLOK....!"
Suara tarik ulur tanga di batang Coklatnya, menimbulkan sebuah suara halus berirama Koplo. Wajah Putrapun mulai memerah, seakan seluruh darahnya telah berkumpul di wajahnya.
"Ooohhhh........ Ibu........ Putriiiiiiiii...... Ahhhhhh.....!"
Erangan Putra semakin menjadi - jadi, bahkan dia menambah satu nama lagi dalam fantasi kenikmatannya. Nafasnya-pun mulai memburu. Seperti Anjing yang habis lari pagi.
"Argghhhhhhhh......!"
Sebuah lelehan air hangat keluar dari pucuk batang Coklatnya. Putra melampiaskan kenikmatannya dengan mencengkram dengan kuat batang tersebut. Hingga akhirnya mata putra terpejam saat tetesan terakhir meleh dan jatuh kelantai dengan tarikan panjang.
Setelah dia yakin tetesan terakhir itu adalah benar - benar yang terakhir. Putra mengambil sempaknya dan melap batang Coklatnya yang telah berubah menjadi batang Kopi lagi.
Setelah selesai bersih - bersih, Putra pun berbaring di atas tempat tidur dengan menggunakan kedua lengannya sebagai alas kepalanya. Matanya kosong menatap langit - langit kamar. Tapi pikirannya berputar keadegan waktu dia onani.
Ada satu hal yang mulai dia sadari. Dia telah membayangkan Ibu dan adiknya Putri ketika melakukan "TARKOL" [tarik kontol] tadi. Tidak ada rasa penyesalan di wajahnya. Putra malah tersenyum penuh misteri. Seakan dia telah memiliki sebuah rencana.
#######
Di hari yang sama jam yang berbeda. Kuntilanak tengah duduk di sisi Tuyul. Dia membelai kepala Tuyul dengan lembut, penuh perasaan, penuh kasih sayang. Sebuh nada dia dendangkan untuk menenangkan Tuyul yang terus merasakan kesakitan.
"Aku yakin... Ini pasti ulah keluarga Bodong...!" Batin Kuntilanak.
Amarah Kuntilanak mulai memenuhi jiwanya yang rapuh. Rapuh akan melihat anaknya yang penuh penderitaan.
WEEEESSSSSSSS.........
ZZZZZLLEEEEBBBB......
Dua sosok hantu wanita cantik muncul tiba - tiba di samping Kuntilanak.
"Bagaimana... Apa kalian sudah menemukan Om kalian si Pocong itu..?" Tanya Kuntilanak kepada kedua wanita cantik itu.
Kedua hantu wanita cantik itu, Rocker dan Dangdut menggeleng.
"Kemana si Pocong kampret.. Di suruh nyari tabib kok sampe dua hari kagak pulang - pulang...!" Kuntilanak menggumam kesal.
"Hmmmm... Hmmm..... Sepertinya para wanita - wanita cantik nan ayu ini tengah merindukan diriku yang penuh kharisma..!" Tiba - tiba Pocong muncul dengan berujar layaknya pujangga yang di PHK.
Kuntilanak yang menyadari kedatangan Pocong, langsung berdiri dan mendampratnya.
"Kemana saja kau.... Apa kau tidak perduli lagi dengan kami. Kau sudah tau kalau anakku lagi sakit. Nyari tabib kok sampai 48 jam.. Pulangkan saja aku kalau begitu....! Hiiccckkss.... Hiiccckkss... Hiiccckkss...!" Kuntilanak menangis. Tangannya memukul - mukul dada Pocong.
" pulangkan saja.... Aku pada ibuku.. Dan juga ayahkuuuuu... Uoooo... Uoooo..."
Tanpa merasa berdosa dan bersalah. Pocong bernyanyi dengan membuat mimik mukanya selucu mungkin. Hantu Rocker dan Dangdut yang masih berada di situ. Mereka berdua mencoba menahan tawa dengan menutup mulut mereka dengan tangan saat melihat tingkah si Pocong. Takut kalau - kalau Kuntilanak melabrak mereka juga.
"PLAK....!"
Kuntilanak memukul bahu Pocong dengan kesal manja. Tangisnya semakin kencang.
"Sudah... Sudah... Aku bercanda... Aku sudah menemukan Tabib yang hebat.. Besok malam dia akan datang kerumah kita untuk menyembuhka Tuyul...!" Ujar Pocong menghibur Kuntilanak.
"Benarkah....??!!!" Kuntilanak memeluk Pocong penuh bahagia. Begitu juga dengan hantu Rocker dan Dangdut, mereka berdua juga ikutan memeluk Pocong karena mendengar berita baik itu.
###
.